Psikologi perkembangan
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Saya akan membahas tentang dampak penggunaan gadget terhadap
perkembangan anak. Nah, pada era globalisasi khususnya dimasa pandemi ini, semua kalangan sudah tidak asing
dengan teknologi canggih yang bisa dibuat untuk mengakses informasi dari
belahan dunia manapun dengan mudah dan cepat bahkan aka-anak pun sudah
mengenalnya. Teknologi canggih itu biasa kita sebut disebut dengan gadget. Gadget
merupakan perkembangan teknologi masa kini yang menyasar semua kalangan
termasuk anak-anak di usia sekolah dasar. Gadget dalam pengertian umum dianggap
sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap
perangkatnya. Contohnya komputer, laptop handphone, game konsole, dan
yang lainnya.
Sebelum melangkah lebih jauh tentang “Dampak gadget terhadap
perkembangan anak”, kita juga perlu mengetahui, Apa itu perkembangan? Perkembangan
(development) merupakan tahap perubahan yang terjadi pada setiap individu,
bersifat kualitatif dan kuantitatif atau
bisa dikatakan bersifat lebih kompleks. Perkembangan yang paling cepat
dan terkait pada banyak komponen terjadi pada usia anak-anak. Proses
perkembangan dimasa ini bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar yang
membantu dalam membentuk karakter dan komponen perkembangan lainnya agar menjadi
pribadi yang baik.
Teori perkembangan
menurut Erikson dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Erikson
memiliki kepercayaan bahwa kepribadian manusia berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu komponen dari teori psiko-sosial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego, persamaan ego merupakan perasaan yang berkembang
dari interaksi sosial. Perkembangan ego berubah berdasarkan pengalaman,
interaksi sosial, dan informasi-informasi baru yang didapatkan. Nah hal ini
sesuai dengan topik permasalahn yang kita bahas, semakin banyak waktu yang
dimiliki anak-anak dalam berinteraksi dengan gadget maka pastinya anak-anak
akan memiliki ego yang berbeda dengan anak yang tidak bermain gadget. Contohnya
saja, saya dan teman-teman saya sewaktu SD kelas VI, saya ingat betul ketika itu
teman saya yang bernama Fitri yang sudah memiliki handphone tujuan
diberikannya supaya tetap bisa
berkomunikasi dengan ibunya yang bekerja di luar kota. Dia memiliki ego
yang berbeda dengan saya, misalnya ketika dimarahi guru saya pastinya akan
menangis karena menangis adalah bentuk perlindungan diri supaya tidak dipukul
tapi Fitri dia malahan mengajak gurunya bercanda dan menganggap itu biasa saja,
karena di dunia maya dia sudah diberitahu oleh orang-orang bahwa guru yang
marah akhirnya akan memaafkan muridnya.
Adapun menurut Harlock, perkembangan merupakan rangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari interaksi atau pengalaman.
Hal tersebut menyebabkan perubahan yang dapat dirasakan. Semakin banyaknya
pengalaman hidup dan interaksi dengan sosial, maka perubahan yang dialami juga
semakin bervariasi. Oleh karena itu, gadget dapat memiliki peran yang sangat
besar bagi anak-anak dalam penggunaannya karena anak lebih banyak memiliki
pengalaman (bermain) bersama gadget daripada bermain dengan teman-temannya.
Dampak penggunaan
gadget terhadap sistem perkembangan anak, yaitu:
1.
Aspek
kognitif.
Pertama : penurunan konsentrasi saat belajar (pada saat belajar
anak menjadi tidak fokus dan hanya teringat pada gadget, misalnya anak teringat
dengan permainan gadget seolah-olah dia seperti tokoh dalam game tersebut).
Saya memiliki sepupu yang masih SD namanya Divo, setiap selesai menonton film
perkelahian baik itu animasi atau bukan dia pasti akan selalu mempraktikkannya
dengan teman-temannya bahkan saya sering mendapat pukulan darinya ketika
bertemu.
Kedua : gangguan tidur (75% anak usia 9-10 tahun mengalami kurang
tidur karena penggunaan teknologi tanpa pengawasan terutama pada malam hari.
Hal ini tentu berdampak pada nilai sekolah mereka, karena otak berkembang
dengan baik dan regenerasi (penggantian sel yang rusak) darah merah juga
dilakukan saat kita tidur. Anak tentunya butuh tidur yang cukup agar otaknya
bisa brfungsi dengan baik). Ketika saya SD saya bisa merasakan perubahan dalam
diri saya, saya yang dulunya sering membaca buku dan meraih peringkat 1 di
kelas VI turun ke peringkat 3 karena lebih sering begadang di malam hari untuk
bermain handphone (nokia) agar tidak ditegur oleh kedua orangtua saya. Efek
yang sangat signifikan itu memberi dampak yang sangat buruk bagi saya pribadi
karena gadget telah menyita sebagian besar aktivitas saya dan memberikan kekecewaan
kepada kedua orangtua saya. Penyesalan memang selalu datang di akhir.
Ketiga : gangguan mental (penelitian di Bristol University tahun
2010 mengungkapkan bahwa bahaya penggunaan gadget pada anak dapat meningkatkan
efek negatif seperti resiko depresi, gangguan kecemasan, kurang perhatian,
autism, kelainan bipolar, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya interaksi anak dengan sekitar. Anak-anak juga
sering berhalusinasi merasa sedang memainkan gadget meskipun ia tidak melakukan
apa-apa). Akhir-akhir ini banyak video yang viral di sosmed tentang seorang
anak yang jarinya tidak dapat berhenti bergerak karena kecanduan bermain game.
Bahkan anak SMA pun begitu. Sejujurnya saya takut adik bungsu saya pun begitu
karena dia sudah kecanduan bermain handphone, saya takut mentalnya pun
ikut terganggu. Setiap bertemu dengannya dia pasti akan selalu meminta handphone
dan ketika saya tidak memberikannya dia pasti akan menangis, meski umurnya
baru 3 tahun namun ia sudah mampu menggunakan gadget seperti membuka gallery
foto, memutar video dan mengambil gambar meski kebanyakan buram.
2.
Aspek
fisik. Malas menulis. seperti saya ketika
masih SD, ketika sudah mampu membaca, saya jadi sering membaca buku apapun
bahkan buku catatan pesta ibu saya sering saya baca sehingga saya kerap
mendapat omelan dari ibu. Namun ketika ibu saya membeli HP NOKIA, meskipun
masih jadul tapi cukup mengalihkan perhatian saya apalagi saya dapat
browsing di internet tentang apapun sehingga saya dapat membaca lebih banyak
dan membaca lebih lama. Hal itu membuat saya malas menulis sehingga tulisan
saya pun tidak bagus padahal tulisan kedua orangtua saya bagus-bagus.
3.
Aspek
sosial. Kecanduan (hal ini berpengaruh
pada perkembangan sosial anak. Anak menjadi tertutup dan kurang bersosialisasi
bahkan enggan berkomunikasi dengan lingkungannya karena lebih terpaku pada
gadget). Nah karena lebih banyak bersama gadget maka saya pun lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah daripada bersosialisasi dengan orang lain sehingga
teman saya pun sedikit bahkan saya tidak tahu nama tetangga saya atau saya tahu
wajahnya tapi tidak tahu namanya dan sebaliknya.
4.
Aspek
bahasa. Menghambat kemampuan berkomunikasi
(sering menirukan bahasa yang didengar dari gadget). Contohnya adik sepupu saya
yang masih SD dia tidak bisa berbicara dengan jelas seperti anak seusianya
namun ia pandai menggunakan gadget. Dia juga kerap menggunakan bahasa yang
tidak sesuai dengan usianya seperti berkata “lo-gue”. Ketika saya menegurnya
pun dia tetap melakukannya, karena itu sudah menjadi kebiasaannya.
5.
Aspek
emosi. Mudah marah. Seorang anak yang
kecanduan gadget apabila di ganggu pasti akan marah, menangis bahkan memukul.
Sepupu saya yang bernama Divo, kakaknya memiliki laptop dan dia sering bermain game
dengan laptop itu. ketika ia dipanggil oleh ibunya untuk tidur dia pasti akan
memelas supaya dibiarkan bermain game atau ketika kakaknya mengambil
laptop itu dia akan meronta dan memukul kakaknya.
6.
Aspek
moral.
Tidak sopan kepada yang lebih tua. Sepupu saya yang masih SD kelas VI,
akibat terlalu sering menonton tayangan perkelahian seperti film “Anak Langit”
dia sering bertingkah seperti tokoh antagonis seperti dalam film itu. Contohnya
saja saya pernah dipukul olehnya dengan lumayan keras lalu ketika saya
menegurnya di malah mengajak saya berkelahi sambil mengambil gaya kuda-kuda
seperti di film-film. Di lain hari dia pernah menarik rambut saya yang tertutup
jilbab seperti yang dilakukan ibu tiri terhadap anak angkatnya di film
indosiar.
Contoh kasus
“Pelecehan Seksual yang Dilakukan oleh Anak Dibawah Umur”
Seperti yang
dilansir dalam berita online jakarta.com (2014) ; Lusianawati (2014) – ‘diduga
akibat pengaruh tayangan berbau pornografi yang mudah di akses melalui internet
atau media sosial lainnya, siswa kelas 3 SD berinisial RD (10), dilaporkan
melakukan pelecehan seksual (sodomi) terhadap 5 teman sebayanya di jl. Baru
tumbuh, RT 05/04, kelurahan tugu selatan, koja, Jakarta utara. Kasus ini
terbongkar setelah salah seorang kerabat korban, secara tidak sengaja mendengar
celotehan anak-anak yang bercerita soal perilaku seksual RD, sabtu (31/5) lalu.
“selain itu terdapat kasus pelecehan seksual yang terjadi di provinsi lampung
seperti yang dirilis berita online saibumi.com (2015) : untuk diketahui, BD
(12) bocah yang masih duduk dibangku sekolah dasar, diduga telah mencabuli 4
gadis kecil. Adapun keempat gadis kecil yang diduga telah dicabuli oleh pelaku,
ZS (1,6) Al (8,6) AM (8) ML (8). Sebelumnya diberitakan, warga kelurahan
Fajaresuk kecamatan Pringsewu kabupaten Pringsewu, digagerkan dengan seorang
siswi yang masih duduk dibangku kelas VI sekolah dasar BD (12) mencabuli anak
uang baru berusia 1,5 tahun. Sementara BD (12) saat ditemui dihalaman rumahnya,
mengakui telah melakukan perbuatan tersebut karena menirukan video porno yang
dilihat di HP milik temannya. “iya saya melakukan perbuatan itu karena habis
meihat video porno di handphone teman saya,” katanya dengan polos menjawab. (*)
Irianti, (2015).
Untuk mencegah anak mendapatkan efek negatif dari gadget terlebih
seperti kasusu di atas, tentunya diperlukan peranan orang tua dan orang dewasa
yang ada disekitarnya untuk berbuat seperti seperti berikut :
1.
Pembatasan
penggunaan gadget seperti smartphone menjadi faktor penting untuk
mengurangi efek negatif penggunaan gadget pada anak. Pembatasan yang paling
efektif adalah penggunaan gadget maksimal 2 jam seharinya. Selain itu, orang
tua juga harus tetap mengawasi apa saja yang dilakukan anak dengan gadget
tersebut dengan begitu anak akan lebih terkontrol dan tidak menyalahgunakan
gadget tersebut. American Academy of Pediatrics juga menyarankan untuk menjauhi
perangkat digital satu jam sebelum tidur. Ketika kita membatasi anak bermain
gadget pasti akan sangat sulit jika langsung ditegaskan dua jam sehari, tapi
saya menyarankan untuk menguranginya sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan
agar lambat laun anak dapat terlepas dari gadget.
2.
Jangan
cuma melarang, berikan saran. Ketika ingin melarang anak-anak menggunakan
gadget, jangan hanya melarang tetapi berikan mereka saran aktivitas lain yang
tidak menggunakan gadget misal, berolahraga, memancing dan membaca buku
anak-anak atau dengan kata lain alihkan perhatian mereka. Ketika saya melarang
adik bungsu saya bermain gadget atau tidak memberikannya handphone ketika
ia meminta, saya akan mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Misalnya saya
bacakan buku cerita, saya ajak berhitung sambil bernyanyi dan mengajaknya
bermain sepeda.
3.
Beri
contoh. Anak-anak pada dasarnya adalah peniru yang baik, ia akan meniru orang-orang
disekitarnya. Nah, sebelum melarang anak-anak menggunakan gadget, ingat-ingat
dulu seperti apa interaksimu dengan gadget. Jika kamu juga tak pernah bisa
berjauhan dengan gadget, tentu sulit mencegah anak kecanduan hal serupa. Nah ketika
saya ingin melarang adik bungsu saya bermain gadget saya sebisa mungkin
memberikan contoh yang baik, seperti tidak bermain gadget didepannya dan tidak
membawa gadget ketika menegurnya.
4.
Perhatikan
konten. Disebutkan bahwa sampai anak-anak berusia 9 tahun, akses mereka ke
internet masih harus sepenuhnya dikendalikan dan diawasi. lebih baik
memprioritaskan program-program pendidikan dan situs yang bisa membantu
pertumbuhan beragam skill anak.
5. Bekali informasi mengenai risiko dan bahaya internet. Anak-anak juga perlu dibekali mengenai risiko dan bahaya yang mengancam di internet, apalagi saat nanti sudah dewasa ia tidak membutuhkan pengawasan lagi. Sebelum itu, orang tua disarankan mulai memberikan penjelasan mengenai cara mengatasi cyberbullying, bahayanya membuka akses ke informasi personal, konten-konten negatif, dan hal-hal yang diunduh. Anak-anak juga perlu dibekali informasi mengenai keberadaan jejak digital sehingga tidak boleh sembarangan beraktivitas di dunia maya. Sebaliknya, anak-anak juga perlu tahu bahwa segala sesuatu yang ditemukan di internet harus disikapi dengan hati-hati dan bijak, terkait maraknya hoax dan semacamnya. Terakhir, jangan pernah bosan tekankan pada anak bahwa ia bisa menceritakan apa saja kepadamu (orang tua, saudara, teman dan yang lainnya), secara khusus terkait dengan hal-hal di internet dan dunia digital. Bahaya internet memang tak bisa dihindari terutama sosmed (social media).
Referensi
Tri Puspita
Sari dkk, “Pengaruh Penggunaan Penggunaan Gadget Terhadap Personal Sosial
Anak Usia Pra Sekolah di TKIT Al Mukmin”, D-III Kebidanan Stikes PKU
Muhammadiyah Surakarta, Vol. 13 No. 2, 2016, hlm. 72.
Pengertian
penggunaan gadget (on-line), tersedia di: www.kompasiana.com/uyii/pengertian-penggunaan-gedget (01-12-2017/08:09)
https://m.detik.com/inet/tips-dan-trik/d-4604837/8-cara-agar-anak-tak-kecanduan-gadget-saat-tumbuh
https://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan (12-12 2019/20:27)
Deslina
Nainggolan, “Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Televisi dan Penggunaan
gadget terhadap Prestasi Mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Niaga Universitas
Negeri Medan”, Skripsi Fakultas Ekonomi, UNIMED, 2016, hlm. 4.
Komentar
Posting Komentar